Hidup ini rumit untuk orang yang memendam perasaannya.
Memendam sama halnya dengan menimbun sampai nantinya penuh atau bahkan sesak, tapi nggak pernah dikeluarin (diungkapin).
Memendam perasaan itu serba salah dan capek, kayak lagunya Raisa, coba aja nyanyiinnya sambil main futsal. Di satu sisi dinilai egois karena hanya menikmati perasaan cinta itu sendiri, namun di sisi lain jika diungkapkan takut nantinya menghancurkan keadaan, menghancurkan apa yang udah tertata dengan baik.
Kanda yakin hampir semua orang pernah mengalaminya –memendam perasaan, dengan sedikit torehan pengalaman pribadi dan curhat dari beberapa orang, inilah alasan mengapa orang memendam perasaannya.
Eh tapi tunggu dulu bentar, supaya lebih ngena ‘feel’-nya kamu bacanya sambil dengerin lagu The Scientist yang di-cover Boyce Avenue bersama bidadari yang lepas dari khayangan, Hannah Trigwell. Yuk! ~
Takut Merusak Kedekatan yang Sudah Terjalin
Sebuah kebersamaan itu nggak ternilai harganya. Kebersamaan dalam rentang waktu yang lama pasti itu udah deket banget, dan nggak menutup kemungkinan menumbuhkan rasa di dalam hati salah satu di antara kamu atau si dia. Contoh paling sederhananya adalah persahabatan.
Nah, ketika kamu sadar rasa cinta itu tumbuh ketika persahabatan itu sudah terlanjur jauh, apa daya? Banyak persahabatan yang udah terjalin lama rusak hanya karena salah satunya jatuh cinta, dan kecewanya, sahabatmu nggak bisa menerima hal itu karena udah dianggap sahabat, nggak lebih dari itu.
Makna persahabatan itu udah berbeda ketika kamu menatap matanya dengan binar rasa ingin memiliki, bukan binar teduh seorang sahabat.
Kalo kamu nggak bisa menahan diri, lambat laun pun dia pasti merasakan tanda-tanda perubahan pada diri kamu terhadapnya, celakanya, dia merasa nggak nyaman dan memutuskan untuk menjauh. Rusaklah persahabatan itu. Oleh karena itu, beberapa orang memilih memendam perasaannya karena takut merusak kedekatan yang sudah terjalin.
Persahabatan dapat melahirkan cinta, tapi cinta belum tentu dapat memperbaiki persahabatan yang rusak karena cinta itu sendiri.
Dia Udah Punya Pacar
Salah satu alasan yang paling umum kenapa orang memendam perasaannya adalah karena orang yang dicintainya udah punya pacar. Nggak mungkin kan kamu ngungkapin perasaan kamu dalam kondisi tersebut? Melihat posisi kamu di matanya sebagai ‘siapanya’.
Selain karena nggak etis, tentunya kamu akan merusak dua hal: hubungan kamu dengan dia dan hubungan dia dengan pacarnya. Saat dia tau kamu cinta sama dia, sudah pastilah terbit rasa yang berbeda di antara kalian.
Bisa aja dia juga ternyata cinta sama kamu, tapi udah terlanjur punya pacar. Dan pacarnya lamat-lamat tau ada yang berubah dalam diri dia setelah kamu mengungkapkan perasaan, lalu pacarnya meminta dia menjauhi kamu. Kalo kamu beruntung, dia akan memilih kamu, tetapi kalo enggak? Kamu telah menghancurkan tiga orang sekaligus. Kamu, dia, dan pacarnya.
Karena itulah beberapa orang memilih memendam perasaannya, daripada harus mengambil risiko yang terlalu berbahaya.
Dia Belum Bisa Move On
Kenapa kenangan itu terasa manis? Karena nggak akan pernah bisa terulang lagi. Sekali pun kenangan itu dicoba untuk terulang lagi dengan waktu, tempat, orang, dan kondisi yang sama, semua itu hanya replika. Semua itu hanya rekayasa yang dibuat seolah sempurna.
Beberapa orang memiliki kenangan yang begitu berharga, yang membuat dia nggak bisa melupakan masa lalunya meskipun dilakukan dengan berbagai cara, terlebih banyak hal berharga yang pernah dia raih dan dijalani bersama dengan seseorang yang begitu dia cintai di masa lalunya. Kenangan itu membekas terlalu dalam di dalam hatinya sehingga dia belum bisa move on.
Dalam kondisi ini, adalah sebuah hal percuma bila kamu membantunya beranjak. Selain karena itu bukan hak dan porsi kamu meskipun permintaannya, itu juga hal yang sia-sia apabila dia memang terlalu mencintai masa lalunya, dan belum benar-benar ingin beranjak.
Makanya, orang yang dihadapkan pada situasi ini lebih memilih memendam perasaannya dan sabar menunggu hingga tiba waktunya orang yang dia cintai benar-benar move on, daripada harus berjuang dari sekarang dan rasa itu harus mati sia-sia karena cuma dijadikan pelampiasan.
Dia Cinta Sama yang Lain
Pekerjaan paling sia-sia adalah menasihati orang yang sedang jatuh cinta.
Benar sekali, Kisanak. Petuah dari Petruk, salah satu tokoh dunia perwayangan ini memang sangat benar adanya. Coba aja kamu nasihatin temen kamu yang lagi jatuh cinta sama orang yang kamu tau sebenarnya nggak baik buat dia, pasti 90% dia nggak denger omongan kamu. Denger sih, bilang “iya” sih, tapi nggak dilakuin.
Apalagi kalo kamu nasihatin dia yang lagi jatuh cinta sama yang lain dalam posisi kamu mencintai dia. Selain kamu bakal makan hati karena dia nggak dengerin, dia juga pasti jadi risih sama kamu. Kamu siapanya dia ngelarang-larang jatuh cinta? Oleh karena itu, daripada nantinya hanya akan berakhir sia-sia, kamu memilih memendam perasaan itu aja.
Tak ada yang lebih tulus dari seseorang yang sudah tau sejak awal akan disia-siakan, tapi tetap tak berhenti mencintai.
Dari quote di atas, kamu bisa merenungi dengan sedikit kasar bahwa tulus dan tolol itu sebenarnya beda tipis. :)
Gengsi
Sejak zaman Fir’aun masih melakukan metode door to door untuk dagang propolis, gengsi itu akar permasalahan serta penghambat paling annoying dalam sebuah hubungan. Dan yang paling sering merasa gengsi ini adalah cewek. Dan memang sudah dipatenkan kodratnya cewek itu nggak memulai duluan, iya kan, girls?
Tapi sayangnya, gengsi itu nggak selalu melahirkan keajaiban berupa membuat dia tau dan sadar kalo kamu cinta sama dia, apalagi membuat dia merasakan hal yang sama. Penyebabnya sederhana banget: karena dia nggak tau.
Sebab itulah cewek lebih baik rela menunggu lama dan memendam perasaannya seraya melakukan manuver kode triliyunan kali sambil berharap penuh dalam gengsinya sang gebetan tau dan sadar.
… Mungkin aja sih dia tau dan sadar, tapi kalo ternyata dia nggak cinta sama kamu gimana? Dia akan tetap diam. Kesannya gak peka, padahal memang gak suka.
Minder
Pertemanan yang baik itu nggak melihat strata sosial, fisik, atau seberapa banyak warisan bapaknya di kampung. Tapi ya berteman aja dengan siapapun, meskipun dengan spesies ubi rambat hidroponik sekali pun.
Namun yang namanya berteman dan dekat, itu nggak menutup kemungkinan berubah tendensi menjadi suka, sayang, bahkan cinta. Kabar buruknya kamu orangnya minderan.
Nggak usah munafik deh, semua orang pasti pengin punya pacar yang ganteng/cantik, kaya, pinter, dan setia kan? Nah dari empat kriteria itu, kamu hanya punya dua: pinter dan setia, tapi nggak ganteng/cantik dan kaya. Apakah dia bisa menerima itu? Belum tentu, bila dia menggaris bawahi dengan tebal kriteria ganteng/cantik dan kaya untuk jadi pacarnya.
Karena itulah kamu merasa minder dan sadar diri bahwa nggak pantas buat bersanding di sampingnya, lalu memilih memendam perasaan kamu serta rela masuk dalam zona friend-zone cuma supaya bisa dekat sama dia. Pahit ya?
Takut Nggak Terbalas
Sebentar, mari embuskan napas panjang pada poin terakhir ini. Ini adalah poin terakhir yang mendeskripsikan rasa takut terbesar semua orang, yaitu takut nggak terbalas.
Berangkat dari hal itulah kamu memilih memendam perasaan dalam-dalam atau membunuhnya sekalian. Daripada kalo diungkapkan nantinya nggak terbalas dan malah menjadi beban bagi dia karena nggak bisa membalas perasaan kamu.
Tentunya kalo sampai hal itu terjadi, kedekatan kamu dengan dia pasti jadi berbeda, dan satu lagi ketakutan terbesar kamu dalam hidup akan terjadi: kehilangan, kalo dia memutuskan untuk menjauh dari kamu karena merasa bersalah nggak bisa membalas perasaan kamu.
Berakhirlah semua itu. Berakhirlah cinta yang kamu harapkan sebagai muara kebahagiaan itu menjadi nestapa.
Perasaan memang nggak bisa dipaksakan meskipun kamu berusaha mati-matian memberikan yang terbaik dan yang dia inginkan, karena memang pada dasarnya cinta itu adalah perihal menerima. Sayangnya, nggak semua orang, termasuk dia, bisa menerima cinta yang kamu berikan. Dengan begitu pun kamu harus menerima kenyataan itu dengan besar hati dan…, ya, memendamnya.
Namun percayalah, kalo kamu udah berusaha semaksimal mungkin dan dia nggak pernah bisa menerima atau menghargai sedikit pun, itu tandanya mungkin kamu mencintai orang yang salah.
Kalo sama dia yang kamu hanya bisa memendam perasaan, berakhir dengan kegagalan, anggap aja Tuhan sedang menguji seberapa tulus kamu mencintai seseorang sampai nanti orang yang tepat untuk kamu tiba.
Akhir kata, poin mana yang pernah atau lagi kamu alamin? Share di kolom comments ya! (MN/FalenPratama)
0 comments:
Post a Comment