Home » » Fase Jatuh Cinta Sama Sahabat

Fase Jatuh Cinta Sama Sahabat

Ilustrasi/DMY
Persahabatan yang telah terjalin dalam rentang waktu yang lama nggak menutup kemungkinan menimbulkan rasa cinta. Kalo peribahasa Jawanya sih “Witing tresno jalaran soko kulino,” yang artinya cinta ada karena terbiasa bersama.

Nggak jarang karena terbiasa bersama itu ada beberapa orang yang jatuh cinta sama sahabatnya, atau kamu pernah mengalaminya? Bukankah cinta memang nggak bisa kita prediksi kepada siapa dia akan jatuh? Termasuk kepada sahabat kita sendiri.

Lalu kalo jatuh cinta sama sahabat kamu bakal kayak gimana?

Well, pertanyaan yang memang akan Kanda bahas di sini. Jadi buat kamu yang belum pernah jatuh cinta sama sahabatnya harap dibaca baik-baik dan direnungkan ya, kali aja suatu hari kamu jatuh cinta sama sahabat kamu.

Ini dia fase-fasenya… Etapi tunggu dulu, sambil baca dengerin lagunya saudara Kanda yang beda rahim. Jason Mraz – Lucky.


Senang dan Berkhayal Akan Sangat Lancar
Ketika jatuh cinta sama sahabat, kamu akan merasakan fase di mana kamu akan senang dan berkhayal akan sangat lancar. Dia udah deket banget sama kamu, apalagi yang harus dikhawatirin? Pergi ke mana-mana bareng, ngerjain apapun bareng, makan bareng, sampai tidur pun bareng…, di waktu yang sama.

Semua itulah yang membuat kamu berkhayal akan sangat lancar saat kalian berdua menjalin hubungan dengan status ‘pacar’. Padahal kan belum tentu seperti itu. Lagipula, belum tentu juga dia jatuh cinta sama juga atau menerima cinta kamu. Pahit ya? Belum kok kalo semua itu belum terjadi.

Misalnya, ketika kalian berdua berpacaran, apakah makna persahabatan yang kalian telah lama jalin akan sama aja? Coba atuh direnungkan.

Dia Udah Tau Seluk-Beluk Kamu
Persahabatan yang telah terjalin lama pastilah membuat dia udah tau seluk-beluk kamu dan jelek-buruknya kamu, pun kamu sebaliknya. Dia yang tau kamu yang suka latihan dance shuffledi atas bara api, kamu yang tau dia punya kebiasaan mainin jenglot di dalam kamar, atau kalian yang suka janjian pake celana dalem terbalik.


Kalo nggak tau ya dan memaklumi mana mungkin dia mau sahabatan sama kamu, ya kan? Berangkat dari hal itulah kamu semakin yakin untuk jatuh cinta padanya di dalam fase ini.

Apakah Dia Menerima Kamu Apa Adanya?
Dengan dia udah tau seluk beluk kamu, tentunya kamu berpikir dia bakal nerima kamu apa adanya kan? Mungkin aja sih, tapi belum tentu juga kalo sebagai pacar. Posisi sebagai pacar tentu berbeda dari berbagai sisi, apalagi kalo dia memiliki kriteria untuk hal itu.

Dia yang punya kriteria pacar yang cantik/ganteng, tajir, bermobil, bodinya tsakep, pinter, pokoknya…, perfect. Dan kamu? Hanya memiliki beberapanya, atau malah nggak memiliki satu pun dari kriteria itu.

Memang dia menerima kamu apa adaya sebagai sahabat, tetapi sebagai pacar? Belum tentu.

Konflik Dengan Diri Sendiri
Kamu akan merasakan fase konflik dengan diri sendiri. Haruskah cinta ini diutarakan? Atau sebaiknya dihentikan? Salahkah kalo jatuh cinta sama sahabat sendiri? Apakah sebagai sahabat aja cukup? Tapi kamu cinta sama dia dan pengin lebih dari sekadar sahabat. Kamu ingin jadi pacarnya dia.

Semua pertanyaan itu hadir menyesaki benak kamu dan menimbulkan konflik yang hebat antara perasaan dan logika. Kamu berpikir keras karena bingung harus melakukan apa karena semua tentu ada risiko dan kosekwensinya. Antara mengungkapkan atau memendamnya dengan berbagai alasan.

Kamu Angkat Bicara
Melihat kamu yang sedikit berbeda, perlahan-lahan sahabat kamu pasti bertanya mengenai keadaan kamu. Pada fase dan momen inilah saat di mana kamu akhirnya harus angkat bicara…

“Aku ternyata jatuh cinta sama kamu, kamu mau jadi pacar aku?”

Atau…

“Nggak apa-apa kok, aku cuma lagi banyak pikiran aja. Hehehe.

Lalu di dalam hati bergumam…


Kedua kalimat itu akan menentukan hubungan kalian berdua ke depannya bagaimana. Jika kamu memilih mengungkapkannya, bersiaplah dengan jawaban yang akan kamu terima. Jika kamu memilih memendamnya, semoga kamu tabah menahan perasaan cinta kamu itu…, sendirian.

Kalian Berpacaran
Ternyata dia menerima cinta kamu, bahagia? Banget, kamu sangat bersyukur dengan hal itu. Akhirnya semua khayalan yang kamu doakan terwujud menjadi kenyataan yang indah.

Selayaknya sepasang kekasih, kalian menjalani kebersamaan baru. Nggak terlalu banyak perbedaan memang dengan bersahabat, hanya lebih ke porsi dan tujuannya aja. Yang tadinya manggil dengan sebutan ‘nyet’, jadi ‘yang’. Yang tadinya sungkan ngasih perhatian spesial atau ngajak dia melakukan hal baru, jadi blak-blakan bilang.

Dan yang terpenting adalah tujuan yang tadinya hanya bersahabat baik, kalian mengkonversinya untuk menata masa depan bersama. Perbedaan yang membahagiakan, bukan?

Ada yang Berubah
WAIT! Setelah jadi sepasang kekasih, coba kamu resapi dalam-dalam, adakah yang berubah di antara kalian? Apakah masih ada acara saling toyor, curhat, ceng-cengan, atau jail-jail ngeselin yang sering dilakukan saat masih bersahabat?

Kalo masih ada ya syukur, pertahankan, kalo nggak ada…, ya perubahan itulah yang sebetulnya malah nggak bagus. Perubahan itu memang nggak bisa dihindari ketika kalian berpacaran, karena ‘rasanya’ juga beda.


Hal yang ditakutkan terjadi adalah ketika kalian malah jadi terlalu serius, itu bikin kalian perlahan melupakan makna persahabatan yang dulu tercipta. Seharusnya, kalian jadi lebih melekat tanpa menyingkirkan gila-gilanya menjadi sahabat.

Bertengkar
Perlu kamu catat bahwa hubungan yang terlahir dari persahabatan nggak sama sekali menjamin kalian bertahan lama dan gak bertengkar. Semua kembali bagaimana kalian berjuang sebagai sepasang kekasih.

Pada fase ini mulailah muncul perbedaan pendapat dan perdebatan kecil yang mulai membesar. Atau ketika dihadapkan pada masalah cukup pelik dan nggak bisa dicegah seperti hadirnya orang ketiga di dalam hubungan kalian. Fisik bisa terlihat, tetapi isi hati siapa yang tau?

Oleh karena itulah jalanan yang akan kalian tempuh nggak selalu lurus dan mulus meskipun udah deket dan kompak banget. Kalian harus melewati jalan berliku-liku yang terdapat kerikil tajam bersama. Semua itu dilalui dengan mempertaruhkan hubungan kalian.

Jika kalian berdua mampu melewatinya dengan baik, hubungannya akan tetap utuh. Tapi jika nggak? Perlahan-lahan hubungan kalian akan merenggang dan…, berakhir.

Putus
Putus adalah jalan terakhir yang harus diambil ketika sebuah hubungan nggak bisa diperbaiki lagi, daripada menyiksa dia atau diri sendiri ketika udah nggak kuat lagi. Di dalam fase putus ini, alih-alih kamu berharap persahabat kalian akan kembali, ternyata belum tentu.


Semua telah berbeda ketika kalian berdua putus, nggak sama seperti sedia kala kondisinya. Perasaan kalian berdua pun pasti berbeda seperti ketika masih bersahabat. Meskipun kalian sudah bersepakat untuk saling memaafkan, tetapi itu nggak akan banyak mengubah keadaan. Inilah yang seringkali akan terjadi ketika hubungan yang dilandasi persahabatan, akhirnya berakhir.

Nggak jarang dengan berakhirnya hubungan, berakhir pula persahabatan.

RIP friendship.

Menjauh
Setelah putus, otomatis akan ada jarak yang renggang di antara kalian berdua karena keadaan telah berbeda. Yang tadinya masih sering bertukar kabar dan melakukan banyak hal bersama, kalian perlahan menjauh walaupun di dalam hati masih ada keinginan untuk tetap dekat.


Menjadi Orang Asing
Semakin kalian berdua menjauh, maka semakin pudar perasaan cinta dan persahabatan di antara kalian berdua seiring berjalannya waktu. Hancur sudah kedekatan kalian sudah terjalin sejak lama, perlahan-lahan. Semua kembali menjadi nol, bahkan minus, ketika salah satu di antara kalian berdua memutuskan untuk melupakan.

Nggak ada lagi dia yang selalu bertukar kabar dengan kamu. Nggak ada lagi dia yang perhatian dan mengkhawatirkan kamu. Nggak ada lagi dia yang selalu menemani ke mana pun kamu pergi. Dan yang terpahit adalah, nggak ada lagi kehadiran dia di dalam kehidupan kamu. Sama sekali.

Dan pada akhirnya, kalian berdua menjadi sepasang orang asing yang pernah saling mengenal.

Begitulah fase-fase jatuh cinta sama sahabat. Menurut Kanda, persahabatan memiliki nilai lebih dibandingkan pacaran. Karena ketika berpacaran, muncul ego untuk menuntut ini-itu, dan hal itu yang belum tentu bisa ditahan. Beda halnya dengan persahabatan, kamu memiliki batasan yang mengingatkan kamu untuk selalu menahan diri.

Nah, Sahabat DMY pernah nggak mengalami fase-fase tersebut? Dan bagian mana yang menurut kamu paling berat? (MN/Falen Pratama)
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : FACEBOOK | TWITTER | INSTAGRAM
Copyright © 2008-2016. DMY OFFICIAL - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by DMY OFFICIAL
Proudly powered by Blogger