Serunya Film Horor & Thriller
Sejak teknologinya diciptakan oleh Lumiere bersaudara di akhir abad ke 19 lalu, film telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di kota maupun di desa. Nonton film juga telah menjadi salah satu kegiatan mengisi waktu luang yang menjadi hobi sebagian besar dari kita. Rasanya sangat sedikit di antara kita yang tidak hobi menonton, apalagi bagi kaum eksekutif muda yang setiap sudut kotanya dipenuhi berbagai cineplex ini.
Ngomongin soal film ternyata hampir semua member DMY punya hobi nonton film, namun salah satu member DMY ini justru suka film-film yang bergenre thriller, dalam program #BreakTalk kali ini kita bakal bahas film bareng member DMY satu ini.
Kemajuan teknologi, yang menyebabkan acara nonton film tidak perlu lagi dilakukan di dalam ruang-ruang gelap bioskop, ternyata tidak mampu menyurutkan hobi ini. Produk teknologi terbaru, seperti DVD, bahkan HD (High Definition) DVD – yang menjanjikan gambar dan suara sejernih bioskop, juga tidak menyurutkan langkah para penggemar film untuk beranjak ke cineplex kesayangannya, menonton film favorit mereka.
Di lain pihak, para pemilik bioskop pun berusaha terus memberikan layanan yang berkualitas dan inovatif, agar menonton film dapat menjadi ajang rekreasi bagi semua orang. Bila di era 70 dan 80 an, tiap bioskop hanya memutar satu macam film saja, maka kini di sebuah cineplex bisa tersedia 4, 5, bahkan 10 studio atau auditorium, sehingga penonton bisa bebas memilih film apa yang akan ditontonnya. Jika dulu selama menunggu film diputar, tidak ada hal lain yang dapat dilakukan selain menikmati popcorn dan minuman ringan serta ngobrol dengan teman, saat ini berbagai aktivitas tersedia, mulai dari main game, bilyar atau cuci mata di di mal tempat bioskop tersebut berada. Jika dulu hanya berondong jagung alias popcorn yang dapat kita nikmati sambil nonton, kini tersedia berbagai macam pilihan, mulai dari hotdog, burger, fajitas; bahkan di bioskop yang berkonsep dining cinema, disediakan meja di depan para penonton, sehingga mata terpuaskan dengan serunya adegan balapan di perbatasan AS – Meksiko dalam Fast and Furious, sementara lidah menikmati nikmatnya bulgogi dari Korea (nggak matching ya?!). Last but not least, kelas bioskop pun kini semakin beragam. Masyarakat di pinggiran ibu kota mungkin sudah terpuaskan dengan nonton layar tancap, terutama jika ada pesta kawinan.
Tapi Hendy DMY rupanya juga pernah ngalamin masanya nonton layar tancap loh. "Aku pernah lihat layar tancap, waktu itu masih kecil jadi nggak mudeng tapi biasanya di lapangan gitu trus banyak yang jual makanan, seru sih ya." ujarnya.
Namun bagi mereka yang merasa masuk golongan eksekutif muda, yang namanya nonton adalah datang ke mal favorit, memasuki cineplex yang sejuk, berkarpet tebal, dengan desain interior terkini, memilih sendiri film yang akan ditonton dan duduk di deret berapa (semuanya terpampang jelas pada layar monitor di kasir), membayar dengan kartu kredit (mumpung ada promo buy 1 get 1!), membeli cemilan, lalu masuk ke studio, duduk di kursi yang empuk dan nyaman, lengkap dengan tempat gelas, lalu menikmati film dengan gambar yang sejernih kristal dan surround sound system tercanggih, yang membuat kita seakan ikut berada di tengah-tengah adegan film itu. Buat mereka yang belum puas dengan semua kenyamanan itu, dapat memilih untuk nonton di kelas VIP, yang di jaringan bioskop XXI bernama The Premiere, sementara di Blitz diberi nama Velvet. Dengan harga tiket termurah Rp 100.000,- per orang, penonton menikmati film pilihan di atas reclining seat yang lega (sehingga bisa nonton sambil tiduran kalau mau), lengkap dengan selimut untuk menghalau dinginnya AC, dan meja di sisi kursi untuk meletakkan minuman dan cemilan.
"Kalau ke bioskop sih aku nggak sering tapi kalau ada film bagus aku pasti nonton." imbuhnya.
Ngomongin film, cowok yang gemar makan sate ini ternyata punya genre film favorit loh. Nggak tanggung-tanggung cowok yang takut sama kucing ini justru suka nonton film bertema thriller, gimana ceritanya sama kucing takut tapi sama film bertema thriller kok malah nggak takut.
Doi memaparkan jika doi suka melihat film yang membuat tegang dan menggemparkan jadi mebuatnya dibuat penasaran apa yang akan terjadi, Hendy DMY juga menyebutkan jika film thriller dan Horor itu berbeda lho.
"Kalau horor itu genre film yang membuat kita merasa takut biasanya membongkar hantu-hantuan kalau thriller itu lebih berat tapi kita selalu dibuat tegang karena apa yang akan terjadi berikutnya yang menyebabkan kita menjadi cemas."
[Baca: Genre Film yang Sering Keliru]
Cowok capricorn ini mulai menyukai film thriller sejak pertama melihat film Rumah Dara ditambah lagi film Killers yang diperankan oleh bintang-bintang Indonesia. Bukan hanya itu member DMY ini juga sangat suka film horor bahkan doi juga pernah mengalamai kejadian horor nyata dalam kehidupannya. Namun doi menyayangkan film horor Indonesia akhir-akhir ini kurang matang dan tidak real horor. Kalau kalian lebih suka film bergenre apa nih? (MN/Bw)
Related Articles
Kalau kamu suka artikel DMY Official Klik Disini, atau berlangganan untuk menerima konten yang lebih besar persis seperti itu.

0 comments:
Post a Comment