Home » » PENYEBAB BANJIR JAKARTA

PENYEBAB BANJIR JAKARTA


viva.co.id
Permasalahan seolah-olah tidak pernah lepas dari Jakarta. Banjir di ibukota Jakarta seperti sebuah rutinitas saat musim hujan atau momen tahunan yang tidak pernah selesai. Ironis memang, Jakarta yang notabene seharusnya menjadi tempat yang aman, bebas banjir dan contoh cerminan masyarakat Indonesia, malah kebanjiran. Tiap tahun ketinggian air di berbagai titik banjir bukannya menyusut malah semakin tinggi. Dari Gubernur era dulu sampai ke Gubernur terpilih sekarang ini, Jokowi, belum ada tanda-tanda banjir Jakarta bakal teratasi.
Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah DKI Jakarta untuk mengatasi banjir, mulai dari pembangunan banjir kanal timur (BKT) pada era pemerintahan Gubernur Fauzi Bowo. Pada masa Gubernur Ali Sadikin juga membuat program dengan menetapkan kawasan Pluit menjadi tempat penampungan air seluas 465 hektar. Kini era Gubernur Jokowi, merencanakan membangun gorong-gorong (deep tunnel) berdiameter 16 meter dari MT Haryono hingga Pluit.
Memang faktor alam juga ikut andil dalam musibah banjir Jakarta. Perubahan iklim dengan intensitas curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini membuat saluran air kesulitan untuk menampung volume air dalam jumlah besar. Solusi pembuatan Banjir Kanal Timur ternyata hanya mampu mengurangi 15 titik banjir dari total 78 titik banjir yang tercatat sampai saat ini. Berikut adalah penyebab banjir di ibukota.
Rusaknya Hutan di Daerah Bogor
Jakarta adalah daerah yang dialiri beberapa sungai antara lain sungai Ciliwung, sungai Kalibaru, sungai Krukut, sungai Angke dan sungai Sunter. Kelima sungai tersebut berasal atau berhulu dari Kabupaten Bogor. Rusaknya alam pegunungan di Bogor menjadi salah satu penyebabnya. Penebangan hutan di daerah puncak Bogor, Cianjur dan daerah sekitarnya untuk didirikan menjadi vila dan pemukiman penduduk ikut menyumbang banjir. Ketika hujan deras, hutan yang harusnya berfungsi menjadi penahan atau resapan air tidak mampu melakukan fungsinya dengan baik sehingga menyebabkan air langsung mengalir ke permukaan.
Pembangunan Yang Mengabaikan Lingkungan
Tidak bisa dipungkiri, Jakarta selaku ibukota negara gencar melakukan pembangunan. Mall, apartemen dan gedung pencakar langit seolah sudah menjadi pembangunan wajib dari sebuah ibukota. Namun kerap kali pembangunan infrastruktur seperti ini mengabaikan faktor lingkungan. Daerah yang tadinya difungsikan menjadi ruang terbuka hijau dan hutan kota tidak berfungsi dengan baik malah dibangun gedung dan mall. Kemudian banyak konstruksi gedung yang mengabaikan sumur resapan air. Baru-baru ini Gubernur DKI Jakarta, Jokowi membuat peraturan agar gedung dan mall membangun sumur-sumur resapan guna menampung debit air berlebih akibat hujan.
Pendangkalan Sungai dan Tersumbatnya Got
Sungai ternyata sangat berperan dalam mencegah terjadinya banjir. Namun kenyataannya sungai di Jakarta tidak berfungsi untuk menampung air sebagaimana mestinya. Hampir semua sungai mengalami pendangkalan akibat tumpukan sampah. Tidak hanya sungai, got atau saluran air juga mengalami penyumbatan. Sering dijumpai, sungai dan saluran air digunakan sebagai tempat pembuangan sampah oleh warga. Bantaran sungai yang seharusnya steril tidak ditempati warga malah digunakan untuk pemukiman penduduk. Bantaran sungai Ciliwung yang lebar idealnya 50 meter kini menyempit menjadi hanya 30 meter akibat pemukiman liar.
Faktor Alam
Daerah di Jakarta 40 persen atau seluas 24.000 hektar merupakan daerah dataran rendah. Seperti Warakas, Papanggo dan Sungai bambu di Jakarta Utara yang tingginya berada di bawah permukaan air laut. Versi lain juga menyebutkan kontur dataran Jakarta tidak rata (cekung) sehingga menyulitkan air mengalir sampai ke hilir. Contohnya, ketika hujan di kawasan Sudirman seharusnya jalur airnya menuju ke Krukut tetapi baru sampai di Senayan terhenti karena dataran disana cekung sehingga menyebabkan banjir.
Perilaku Manusia
Ini sebenarnya yang paling dominan menjadi penyebab dari banjir Jakarta dari tahun ke tahun. Apalagi kalau bukan faktor kecerobohan dari warganya. Kesadaran warga untuk berperilaku bersih dengan tidak membuang sampah di sungai dan selokan masih sangat kurang.
Urbanisasi Yang Meningkat
Jakarta sebagai kota metropolitan tentu menawarkan kesempatan ekonomi yang luas dan menjadi magnet bagi daerah lain. Bank Dunia menyebut faktor urbanisasi menjadi penyumbang musibah banjir. Kurangnya fasilitas perumahan yang memadai yang disediakan oleh pemerintah untuk pekerja dengan kategori menengah ke bawah. Akibatnya mereka bermukim di daerah-daerah yang sebenarnya tidak boleh ditempati seperti bantaran sungai.
Perlu keseriusan dan kerjasama semua pihak agar banjir dapat teratasi. Mengandalkan program dari pemerintah DKI Jakarta saja tanpa peran serta masyarakat dalam menjaga lingkungan menjadikan upaya mengatasi banjir akan sia-sia belaka. (MN/MJ)
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : FACEBOOK | TWITTER | INSTAGRAM
Copyright © 2008-2016. DMY OFFICIAL - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by DMY OFFICIAL
Proudly powered by Blogger