Konservasi keanekaragaman hayati mampu meningkatkan kesehatan penduduk perkotaan dunia.
Hal ini terungkap dalam laporan terbaru United Nations Convention on Biological Diversity (CBD) berjudul “Cities and Biodiversity Outlook” yang dirilis oleh Program Lingkungan PBB (UNEP), Senin (15/10).
Luas wilayah perkotaan dunia diperkirakan naik tiga kali lipat dari tahun 2000 dan 2030. Populasi penduduk perkotaan akan meningkat dua kali lipat menjadi 4,9 miliar dalam periode yang sama. Pertumbuhan perkotaan ini akan meningkatkan kebutuhan atas air dan sumber daya alam lain serta menggerus lahan pertanian.
“Kebijakan pemerintah, gaya hidup masyarakat dan cara kita merancang kota akan menentukan keberlangsungan lingkungan hidup dunia,” ujar Braulio Dias, Sekretaris Eksekutif CBD dalam berita yang dirilis UNEP.
Ekspansi perkotaan terjadi sangat cepat dan dekat dengan lokasi keanekaragaman hayati (biodiversity ‘hotspots’) dan wilayah pantai. Dan di wilayah dengan tingkat urbanisasi yang tinggi seperti sub-Sahara Afrika, India dan China, perencanaan perkotaan seringkali diabaikan.
Menurut Achim Steiner, Direktur Eksekutif UNEP, saat ini separuh penduduk dunia tinggal di perkotaan. Angka ini diperkirakan naik menjadi 60% pada 2030. Laporan ini memberikan panduan bagi perencana dan pengelola perkotaan untuk menjaga aset sumber daya alam mereka. “Pembangunan perkotaan yang ramah lingkungan menunjang ekosistem dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, membantu transisi menuju ekonomi hijau,” tutur Steiner.
Contoh, kota Brussel berhasil melestarikan 50% spesies bunga di Belgia, sementara 65% spesies burung di Polandia bisa ditemukan di Warsawa. Ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan memiliki sejumlah fungsi penting, termasuk menyerap debu, emisi CO2, serta meningkatkan kualitas udara.
Data dari Inggris menunjukkan, peningkatan luas kanopi pohon di perkotaan sebesar 10% akan mengurangi suhu di perkotaan hingga 3-4°C, sehingga mengurangi kebutuhan akan pendingin udara dan menghemat energi.
Keanekaragaman hayati juga membawa manfaat bagi kesehatan. Keberadaan pohon di perkotaan mampu mengurangi gejala asma dan alergi pada anak. Perencanaan perkotaan yang berkelanjutan bisa membawa dampak positif bagi kesehatan dan lingkungan bersama dengan upaya pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja dan fasilitas perumahan.
Di Bogotá, Kolombia, aksi penutupan jalan di akhir pekan untuk kegiatan yang ramah lingkungan, peningkatkan layanan bus di perkotaan dan penciptaan lajur-lajur sepeda meningkatkan aktivitas fisik masyarakat sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca.
Masih banyak manfaat perencanaan kota yang berkelanjutan bagi kesehatan dan kualitas hidup masyarakat. Laporan lengkap bisa diunduh di situs Convention on Biological Diversity (CBD). (MN/Hijauku)
0 comments:
Post a Comment