Penanaman
kembali hutan yang gundul (aforestasi) menyerap gas rumah kaca dan
mampu mendinginkan suhu wilayah regional. Kesimpulan ini terungkap dari hasil penelitian ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal Carbon Balance and Management, Jumat (1/2).
Penelitian ini berupaya meneliti pengaruh perubahan luas wilayah hutan di Eropa terhadap iklim setempat dengan menggunakan REMO (model iklim regional yang dikembangkan oleh Max Planck Institute for Meteorology). Tim peneliti menganalisis luas wilayah hutan dikaitkan dengan kemampuan hutan mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer yang memengaruhi perubahan temperatur dan curah hujan pada musim panas.
Hasilnya, berdasarkan simulasi yang dilakukan tim peneliti, penanaman kembali hutan yang gundul bisa lebih mendinginkan dan melembabkan kondisi cuaca pada musim panas, terutama di wilayah dengan konsentrasi gas rumah kaca yang tinggi. Di sejumlah wilayah, penurunan temperatur mencapai 0,3-0,5°C dan curah hujan meningkat hingga 50–60 mm.
Penelitian ini dilakukan di Eropa – wilayah dengan peningkatan luas hutan tertinggi saat ini. Dalam dua dekade terakhir, penanaman kembali wilayah hutan yang gundul (aforestasi) di Eropa mencapai rata-rata 0,78 juta hektar per tahun. Tim peneliti berpendapat, fungsi dan luas wilayah adalah pemicu perubahan lingkungan yang sangat penting pada masa datang.
Hasil penelitian ini menunjukkan, pengaruh terbesar perubahan luas wilayah hutan akan terjadi di Jerman bagian utara, Polandia dan Ukraina dengan perubahan temperatur sebesar 15-20% dan curah hujan lebih dari 50%. Di Jerman bagian utara dan Prancis, aforestasi akan meningkatkan penyerapan emisi, meningkatkan curah hujan dan mengurangi kondisi panas ekstrem.
Hasil penelitian ini sangat bermanfaat dalam menganalisis pengaruh wilayah hutan dalam adaptasi perubahan iklim, sehingga bisa menjadi panduan kebijakan pada masa datang. (MN/Hijauku)
0 comments:
Post a Comment