Hutan hujan Amazon seluas dua kali wilayah California rusak akibat kekeringan ekstrem yang terjadi sejak 2005.
Hal ini terungkap dari hasil penelitian NASA yang diterbitkan Kamis (17/1). Hasil penelitian ini menjadi bukti pertama potensi kerusakan hutan dalam skala besar akibat perubahan iklim.
Para peneliti internasional yang dipimpin oleh Sassan Saatchi dari Jet Propulsion Laboratory milik NASA di Pasadena, California, menganalisis data radar gelombang mikro yang diperoleh dengan bantuan satelit yang dikumpulkan selama sepuluh tahun dari tahun 2000-2009 di atas hutan hujan Amazon (Amazonia).
Penelitian ini juga dilengkapi dengan data curah hujan dari Tropical Rainfall Measuring Mission serta data kelembapan tanah dan data struktur kanopi hutan lapisan teratas yang diambil menggunakan pesawat QuikScat milik NASA.
Hasilnya, para peneliti menemukan, selama musin panas 2005, lebih dari 70 juta hektar hutan alami di sebelah barat hutan hujan Amazon mengalami kekeringan parah. Kondisi ini mengubah struktur kanopi hutan secara drastis yang bisa dideteksi dengan bantuan satelit. Ranting-ranting mengering, pohon banyak yang tumbang, terutama pohon yang lebih tua dan lebih besar.
Saat curah hujan mulai normal, kerusakan kanopi terus terjadi hingga musim kering selanjutnya pada 2010. Separuh wilayah hutan yang terkena dampak kekeringan pada 2005 – dengan luas setara dengan wilayah California – tetap rusak saat pesawat milik NASA, QuikScat mengumpulkan data global pada November 2009 – sebelum kekeringan yang lebih parah terjadi pada 2010.
“Temuan ini sangat mengejutkan. Kerusakan akibat kekeringan parah pada 2005 terus berlangsung,” ujar Yadvinder Malhi dari University of Oxford, Inggris yang ikut menyusun laporan ini. “Kami sebelumnya berharap kanopi hutan akan pulih, namun kerusakan terus terjadi hingga musim panas selanjutnya pada 2010.”
Kekeringan di hutan hujan Amazon ini menjadi bukti bahwa hutan tropis sangat rentan terkena dampak perubahan iklim. Data satelit dan pengamatan di lapangan menunjukkan terjadi peningkatan titik api dan jumlah pohon yang mati akibat kekeringan parah.
Kekeringan dalam skala besar juga memicu pelepasan CO2 yang berasal dari pembusukan pohon yang akan berpengaruh pada ekosistem dan siklus karbon di bumi.
Para peneliti menyatakan, peningkatan suhu permukaan air laut Atlantik menjadi salah satu pemicu kekeringan ekstrem di hutan hujan Amazon. “Efeknya sama dengan badai Katrina dan Rita di wilayah pesisir selatan AS pada 2005 yang juga memicu kekeringan parah di wilayah barat daya hutan hujan Amazon,” ujar Saatchi.
Wilayah hutan yang terkena dampak kekeringan pada 2005 jauh lebih luas dibanding yang diperkirakan. Sekitar 30% (1,7 juta km2) wilayah hutan Amazon terkena dampaknya, dengan lebih dari 5% menderita kekeringan parah. Pada 2010, luas wilayah yang kekeringan meluas dengan hampir 50% wilayah hutan Amazon terkena dampaknya, dengan hampir seperlima (20%) wilayah mengalami kondisi kekeringan parah. (MN/Hijauku)
0 comments:
Post a Comment