Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Facebook
DMY GO GREEN
Momentum Ramadan banyak dimanfaatkan untuk melakukan hal positif, termasuk salah satunya berhenti merokok. Secara khusus, Kementerian Kesehatan mengajak para perokok untuk memanfaatkan momen tersebut untuk berhenti. Tidak hanya saat Ramadan tapi juga seterusnya.
"Ramadan sebagai mementum berhenti merokok tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara lain seperti Singapura dan Malaysia," kata Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, Direktur Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) di Kantor Kementerian Kesehatan, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Jumat (12/7/2013).
Untuk membantu mewujudkan Ramadan sebagai momentum berhenti merokok, Prof Tjandra mengatakan pihaknya saat ini tengah menyusun buku panduan. Buku yang akan diberi judul 'Ramadan Saat yang Tepat untuk Berhenti Merokok' itu nantinya bisa menjadi acuan dan pembangkit motivasi bagi para perokok yang ingin berhenti.
Prof Tjandra berharap momentum Ramadan tidak hanya dimanfaatkan untuk berhenti merokok saat puasa saja tetapi bisa berlanjut untuk seterusnya. Kemungkinan berhasil cukup besar karena jika seseorang bisa menahan diri untuk tidak merokok sepanjang hari, maka tidak mustahil untuk mempertahankan keberhasilan tersebut sampai seterusnya.
"Seharusnya bisa diteruskan. Pasti bisa (berhenti merokok untuk seterusnya)," tegas Prof Tjandra.
Saat ini diperkirakan jumlah perokok di Indonesia mencapai 61,4 juta orang dan menempati peringkat ke-3 di dunia setelah India dan China. Bukan itu saja, 92 juta penduduk Indonesia juga terpapar asap rokok sebagai perokok pasif, 43 juta di antaranya adalah anak-anak.
Dilihat dari jenis kelaminnya, laki-laki di Indonesia lebih banyak mengalami kecanduan rokok. Sebanyak 67,4 persen laki-laki di Indonesia adalah perokok sedangkan pada perempuan angkanya hanya 4,5 persen. (MN/DetikHealth)
"Ramadan sebagai mementum berhenti merokok tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara lain seperti Singapura dan Malaysia," kata Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, Direktur Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) di Kantor Kementerian Kesehatan, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Jumat (12/7/2013).
Untuk membantu mewujudkan Ramadan sebagai momentum berhenti merokok, Prof Tjandra mengatakan pihaknya saat ini tengah menyusun buku panduan. Buku yang akan diberi judul 'Ramadan Saat yang Tepat untuk Berhenti Merokok' itu nantinya bisa menjadi acuan dan pembangkit motivasi bagi para perokok yang ingin berhenti.
Prof Tjandra berharap momentum Ramadan tidak hanya dimanfaatkan untuk berhenti merokok saat puasa saja tetapi bisa berlanjut untuk seterusnya. Kemungkinan berhasil cukup besar karena jika seseorang bisa menahan diri untuk tidak merokok sepanjang hari, maka tidak mustahil untuk mempertahankan keberhasilan tersebut sampai seterusnya.
"Seharusnya bisa diteruskan. Pasti bisa (berhenti merokok untuk seterusnya)," tegas Prof Tjandra.
Saat ini diperkirakan jumlah perokok di Indonesia mencapai 61,4 juta orang dan menempati peringkat ke-3 di dunia setelah India dan China. Bukan itu saja, 92 juta penduduk Indonesia juga terpapar asap rokok sebagai perokok pasif, 43 juta di antaranya adalah anak-anak.
Dilihat dari jenis kelaminnya, laki-laki di Indonesia lebih banyak mengalami kecanduan rokok. Sebanyak 67,4 persen laki-laki di Indonesia adalah perokok sedangkan pada perempuan angkanya hanya 4,5 persen. (MN/DetikHealth)
0 comments:
Post a Comment