ilustrasi (Foto: Thinkstock)
TWITTER
Keluhan yang cukup sering terdengar saat menjalani puasa adalah serangan rasa kantuk. Tak jarang pula rasa kantuk berlebihan ini memicu kecelakaan lalu lintas. Bagaimana agar tidak ngantukan saat berpuasa?
Menurut pakar kesehatan tidur dari RS Mitra Kemayoran Jakarta, dr Andreas Prasadja, RPSGT, yang akrab disapa dr Ade, pola tidur yang biasanya diterapkan rata-rata sekitar 7-8 jam per hari. Namun dengan adanya tambahan aktivitas makan sahur, maka bisa dipastikan akan ada perubahan pola tidur. Waktu yang dimiliki tubuh untuk tidur bahkan akan berkurang menjadi di bawah 6 jam per hari.
"Karena adanya perubahan ini, tubuh juga akan melakukan adaptasi. Intinya 'utang' tidurnya masih banyak dan masih butuh tidur lagi. Sehingga tubuh tetap berusaha memenuhi jam tidur tersebut dengan cara memberi efek mengantuk. Ini tentu sangat berisiko, apalagi jika orang tersebut berprofesi sebagai sopir atau memang terbiasa membawa kendaraan sendiri," terang dr Ade, saat dihubungi detikHealth dan ditulis pada Kamis (11/7/2013).
Mencukupi jam tidur saat menjalankan ibadah puasa dirasakan oleh dr Ade sangat penting untuk dipenuhi. Selain untuk mencegah munculnya rasa kantuk yang berlebihan di siang hari dan untuk mencegah timbulnya kecelakaan akibat mengantuk, pemenuhan jam tidur juga penting untuk menjaga metabolisme tetap lancar.
"Dan yang paling penting, tidur cukup itu juga berperan untuk menjaga nafsu makan tetap wajar dan tidak berlebihan. Salah satu efek yang muncul ketika kurang tidur adalah nafsu makan meningkat, akibatnya seharian pasti perut merasa lapar dan saat berbuka menjadi kalap," terang dr Ade.
dr Ade menambahkan umumnya angka kecelakaan lalu lintas selama bulan Ramadan selalu meningkat. Ngantuk menjadi salah satu alasan terjadinya kecelakaan ini.
"Jumlah kecelakaan saat bulan puasa umumnya memang akan meningkat, bisa dikatakan karena mengantuk," kata dr Ade. (MN/Ajeng Anastasia Kinanti)
Menurut pakar kesehatan tidur dari RS Mitra Kemayoran Jakarta, dr Andreas Prasadja, RPSGT, yang akrab disapa dr Ade, pola tidur yang biasanya diterapkan rata-rata sekitar 7-8 jam per hari. Namun dengan adanya tambahan aktivitas makan sahur, maka bisa dipastikan akan ada perubahan pola tidur. Waktu yang dimiliki tubuh untuk tidur bahkan akan berkurang menjadi di bawah 6 jam per hari.
"Karena adanya perubahan ini, tubuh juga akan melakukan adaptasi. Intinya 'utang' tidurnya masih banyak dan masih butuh tidur lagi. Sehingga tubuh tetap berusaha memenuhi jam tidur tersebut dengan cara memberi efek mengantuk. Ini tentu sangat berisiko, apalagi jika orang tersebut berprofesi sebagai sopir atau memang terbiasa membawa kendaraan sendiri," terang dr Ade, saat dihubungi detikHealth dan ditulis pada Kamis (11/7/2013).
Mencukupi jam tidur saat menjalankan ibadah puasa dirasakan oleh dr Ade sangat penting untuk dipenuhi. Selain untuk mencegah munculnya rasa kantuk yang berlebihan di siang hari dan untuk mencegah timbulnya kecelakaan akibat mengantuk, pemenuhan jam tidur juga penting untuk menjaga metabolisme tetap lancar.
"Dan yang paling penting, tidur cukup itu juga berperan untuk menjaga nafsu makan tetap wajar dan tidak berlebihan. Salah satu efek yang muncul ketika kurang tidur adalah nafsu makan meningkat, akibatnya seharian pasti perut merasa lapar dan saat berbuka menjadi kalap," terang dr Ade.
dr Ade menambahkan umumnya angka kecelakaan lalu lintas selama bulan Ramadan selalu meningkat. Ngantuk menjadi salah satu alasan terjadinya kecelakaan ini.
"Jumlah kecelakaan saat bulan puasa umumnya memang akan meningkat, bisa dikatakan karena mengantuk," kata dr Ade. (MN/Ajeng Anastasia Kinanti)
0 comments:
Post a Comment