Hari
Pahlawan selalu diperingati setiap tahun secara resmi oleh Negara.
Berbagai even dilaksanakan termasuk mengheningkan cipta untuk mengenang
perjuangan dan jasa para pahlawan. Namun sayang sepertinya Hari Pahlawan
hanya sebatas seremonial belaka. Dalam kenyataannya, di negeri ini
lebih banyak mereka yang menghindari sikap seorang pahlawan.
Korupsi
yang makin merajalela menjadi bukti nyata tak terbantahkan. Orang-orang
penting yang memegang kekuasaan dan kewenangan malah memanfaatkannya
untuk memperkaya diri, keluarga dan kroni. Sangat beda di jaman
perjuangan melawan penjajah, justru orang-orang penting yang maju paling
depan dalam berjuang dan berkorban, rakyat mengikuti mereka. Kini,
rakyat yang harus berkorban tanpa henti, sementara para penguasa sibuk
memperkaya diri, belanja sana sini, menumpuk harta di mana-mana.
Jangan
bicara soal perjuangan, pengorbanan layaknya yang dilakukan pahlawan.
Diberitahu bahwa BBM subsidi untuk rakyat miskin saja tidak mempan,
malah mereka yang mampu bermobil karena punya banyak uang jutaan tak
malu menggunakan premium. Menjadi pahlawan pun tak terlintas dalam
pikiran, karena berkorban sedikit waktu saja agar penyeberang jalan bisa
melintas sudah banyak yang tak rela. Setiap orang kini berlomba saling
mengambil hak orang lain, mulai dari hak pejalan kaki hingga hak
pendidikan dan kesehatan yang layak.
Setiap
hari anak-anak melihat tindakan pecundang dari orang tuanya, tatkala
motor atau mobil yang mengantar ke sekolah tanpa rasa bersalah melanggar
lampu merah. Orang dewasa yang cuek bebas merokok di sekitar anak-anak.
Para orang tua hingga remaja bertingkah asusila direkam kamera lalu
diunggah agar bisa dilihat lebih banyak orang untuk ditonton
bersama-sama, seolah Indonesia sudah hilang budaya.
Mana
sikap pahlawan yang seharusnya? Sudah tidak adakah pahlawan-pahlawan
yang sesungguhnya rela berkorban? Ah, kini Pahlawan sudah sulit
ditemukan pada mereka yang berseragam meskipun berderet bintang ada di
pundaknya. Justru kini sudah banyak mereka menjadi pecundang,
pengkhianat yang tanpa sungkan menjadi pencuri. Di istana, di
pendopo-pendopo kepala daerah, di ruang perwakilan rakyat justru hampir
mustahil menemukan pahlawan disana.
Oh,
Syukurlah masih ada pahlawan ternyata. Mereka sibuk bekerja dan
berkarya nyata untuk rakyat sehingga tak sempat berbicara, berfoto-foto
dan mengunggahnya ke media sosial. Modal mereka dari keringat sendiri
untuk diberikan pada masyarakat. Tidak seperti mereka yang berteriak
telah berbuat, namun tenyata modalnya dari pencurian uang rakyat.
Pahlawan sejati itu tidak haus dengan materi, asal rakyat yang dibantu
bisa mandiri dan sejahtera, mereka bisa tersenyum berseri, tanda
kepuasan dari hati. Inilah yang membuat mereka akan menjadi pahlawan
abadi. Kelak setelah mereka berpulang, tak ada yang mampu mengingat
keburukannya, karena memang mereka sibuk menebar kebaikan dan manfaat di
negerinya tercinta, Indonesia.
Selamat
Hari Pahlawan bagi para Pahlawan Sejati yang tetap berkorban walau
tanpa bunyi dan tak terdeteksi oleh mereka yang sedang sibuk melakukan
upacara seremoni hari pahlawan yang pesertanya lebih banyak para
pecundang. (MN/Amirsyah)
0 comments:
Post a Comment