Kesuksesan itu sendiri juga nggak gampang diraih, apalagi kalo kamu tipikal orang yang manja. Yang baru usaha terus ngeluh capek dan langsung nyerah. Sekali lagi Kanda ulang, sukses itu adalah hak semua orang, termasuk kamu. Namun sebelum mendapatkan hak, ya kamu harus terlebih dulu menjalankan kewajiban.
Nah, ini nih Kanda kasih tau kamu formula yang kalo kamu sering lakuin, kamu akan jadi orang sukses. Kanda pun sampai detik ini masih melakukannya sampai detik ini.
Disiplin
Orang Jepang punya jam tepat waktu, dan orang Indonesia juga punya jam dong, namanya jam karet, alias sering terlambat. Janjian udah fix ditentuin pas siang, baru dateng pas tengah malam. Beda sama orang Jepang yang kalau janjian pasti datang tepat waktu, atau malah datang lebih awal. Dan perilaku ini patut ditiru.
Banyak motivator-motivator yang bilang bahwa kesuksesan orang itu bisa dilihat dari cara menghargai waktu, katakanlah kedisiplinannya. Soalnya tuh nggak ada orang sukses yang nggak disiplin. Dan emang benar adanya.
Kalo buat bangun pagi atau menepati janji tepat waktu aja susah, ya jangan banyak berharap kamu bakal cepet sukses. Seperti kata pepatah yang Kanda edit sedikit , “Kalo bangun siang, rejeki keburu dipatok ayam.”
Tekun
Proses nggak akan membohongi hasil. Kalo kamu tekun melakukan sesuatu, maka hasil yang nanti kamu peroleh pun baik dan (semoga) berbanding lurus dengan usahamu.
Ketika kamu tekun belajar, hasilnya nilai kamu bagus saat ujian. Saat kamu tekun bekerja, hasilnya gaji atau jabatanmu akan naik. Dan pas kamu tekun deketin sia dia dan berhasil dapetin hatinya, ya kamu bakal jadi pacarnya.
Jujur
Tuhan cinta sama orang yang jujur, terlebih pada orang yang jujur ketika dia sedang berusaha mencapai kesuksesannya. Sekarang banyak orang yang suksesnya nggak jujur dengan cara korupsi, kolusi, dan nepotisme. Contohnya orang-orang berdasi yang katanya bermartabat, yang meraih kesuksesannya dengan cara mengobral janji kepada rakyat.
Ketika udah dipilih menjadi wakil rakyat dan hidup enak, mereka kayak tiba-tiba diserang amnesia, lupa sama janji-janjinya yang dulu diobral untuk mensejahterakan. Titik terparahnya, mereka malah korupsi di tengah penderitaan rakyatnya. Sungguh nggak berkah kesuksesan itu pada tiap nasi yang masuk ke dalam perut mereka. Kejujuran itu mahal, makanya orang murah hati itu langka spesiesnya.
Konsisten
Hambatan yang sering menyulitkan proses itu nggak konsisten melakukan sesuatu, apalagi buat orang yang gampang terdistraksi. Sebenarnya konsistensi itu SANGAT menentukan sukses atau nggaknya kamu. Reputasi itu berasal dari repetisi yang konsisten, Kanda pernah nulis ini yang terinspirasi dari Alitt.
Orang yang konsisten melakukan sesuatu pasti akan mempunyai reputasi dari apa yang selalu dia lakukan. Rajin menulis dan punya karya berupa buku atau blog, ya dapet titel penulis. Rajin melukis, ya dinilai sebagai pelukis. Dan rajin bikin orang baper terus nggak tanggung jawab dan pergi gitu aja, ya disebut brengsek. Nah, konsistensi yang terakhir ini justru bikin kamu selalu gagal dalam hal hubungan.
Nggak pelit ilmu/bantuan
Banyak orang yang ketika menguasai suatu bidang bukannya rendah hati, eh, malah jadi sombong, lebih parahnya, udah sombong ditambah pelit ilmu. Meh. Padahal membagi ilmu yang dipunyai itu nggak bakal bikin rugi dan tersusul, karena isi kepala sampai kapan pun NGGAK AKAN bisa di-copy-paste.
Justru ketika pelit ilmu dan takut tersusul malah bikin orang itu mengecil dan jelas terlihat takut berkompeten. Sedangkan hidup ini salah satunya tentang saling berkompetisi. Kesuksesan seseorang yang pelit ilmu atau bantuan nggak akan bertahan lama, karena nggak ada yang mewarisi ilmunya dan mengenangnya.
Rajin menabung
Kita hidup pada zaman di mana virus hedonisme telah menular ke berbagai lapisan masyarakat. Maaf-maaf nih, hidup kekurangan tapi malah lebih banyak gaya daripada orang kaya. Sekarang itu udah masuk dalam era PALUGADA (aPA LU mau Gue ADA). Liat aja sekarang mau beli motor bisa kredit dengan syarat yang gampang plus dp murah, mau beli rumah tinggal ngutang ke Bank, mau beli hengpon canggih tinggal pilih model dan merk-nya apa, dan mau beli barang yang lucu-lucu tinggal cari online shop.
Karena itulah hal yang susah banget dilakukan adalah menahan diri untuk belanja. Iya, menahan diri untuk menahan godaan ‘dikit-dikit beli’. Logikanya nih, gimana mau kaya kalo nggak pernah nabung dan punya uang dikit langsung ludes buat belanja di luar kebutuhan primer.
Ujung-ujungnya kalo lagi susah malah ngeluh hidup ini nggak adil. Dan pas lagi BM banget terus minjem uang temen buat belanja dengan alasan terdesak ‘yang mengada-ada’. Tapi giliran ditagih nggak pernah respons dan nggak pernah dilunasin, daaan…, yang paling menjijikan adalah tebel muka buat update ke media sosial abis beli ini atau pergi ke situ tanpa menghiraukan tanggung jawab dan perasaan temen yang diutangin.
Perilaku kayak gini nih yang bikin Tuhan juga ogah bikin kamu sukses. Susah aja banyak gaya, gimana pas kaya.
Contohlah orang Cina –yang suka dinilai pelit, no offense ya. Kanda punya temen orang Cina yang sekarang udah sukses. Dia cerita kalo sebenarnya orang Cina tuh nggak pelit, mereka cuma ditanamkan perilaku rajin menabung sejak kecil supaya anak-cucunya nanti nggak hidup susah dan minta-minta ke orang. Mereka punya cara tersendiri untuk membantu sesama, dan yang diutamakan adalah kerabat terdekatnya terlebih dahulu.
Nggak kayak kita, anggota keluarga sendiri sedang kelaparan, tapi justru ngutamain orang lain buat ditolongin. Paradoks. Makanya dalam satu keluarga besar orang Cina, hampir nggak ada yang hidup susah. Seharusnya kita mencontoh hal itu. Hehehe.
Kalo enam hal yang Kanda sebutin ini diringkas jadi cerpen, contohnya kayak gini…
Seorang kuli panggul tahu bisa jadi pengusaha tahu yang sukses karena dia disiplin. Dia bangun pagi hari, mandi, sarapan, terus berangkat kerja membawa semangat dan sugesti positif untuk kehidupan yang lebih baik. Lewat ketekunan, konsistensi, dan kejujurannya dalam bekerja, si kuli panggul itu dilirik sang bos, lalu dia dapet kepercayaan untuk menjadi tangan kanannya dan diajari cara bagaimana membuat tahu yang berkualitas.
Dari upah yang didapat dan ditabung, si kuli panggul itu merintis usaha baru menggunakan ilmu yang pernah dia dapat ketika bekerja. Dia mengajak dan membagikan ilmunya ke orang-orang yang dulu bernasib sama dengannya. Hinga akhirnya usahanya dari nol berkembang pesat dari waktu ke waktu.
Si kuli panggul tahu yang dahulu mengenakan baju robek dan celana lusuh, kini jadi pengusaha tahu yang sukses di pasaran dan menikahi anak bosnya. Lalu hidup bersahaja selamanya.
Begitulah, guys. Untuk mendapatkan hak kesuksesan itu nggak mudah karena perlu melakukan proses kewajiban yang berdarah-darah. Sekarang, siapa yang lagi dalam proses menuju kesuksesan? Hayoo ngacuung~ (MN/Falen Pratama)
0 comments:
Post a Comment