Burung perkutut yang dipelihara Dodo di luar kamarnya mengumandangkan suara sambil melakukan gerakan yoga ketika matahari mulai merangkak dari peraduannya. “TUT PERKUTUT TUT TUT ~” Terdengar seperti burung-burung perkutut pada umumnya.
“DODOOOO BANGUUUN!” teriak Mamanya Dodo dari dapur, suaranya yang cempreng sedikit nge-bass menggelegar hingga terdengar ke daerah konflik Suriah.
“TUR PERKUTUR… TURDO… TURDO… ” Burung perkutut peliharaan Dodo pun kehilangan konsentrasi karena mendengar suara ibu majikannya hingga salah lirik.
“DODOOOO! BANGUN! ATAU MAMA HANCURKAN UNI SOVIET DENGAN TANGAN MAMA SENDIRI?!” Kali ini Mamanya teriak mengancam dengan nada geram. Giginya bergemertak menahan amarah sambil memegang spatula yang sedang membalikkan telur dadar.
Tubuh Dodo menggeliat seperti cacing yang abis dicelup di minyak panas saat mendengar suara mamanya. Sebelah matanya terbuka melihat ke arah jam waker yang sedari tadi berbunyi lantang memaki-makinya… “KRIIIING! KRIIINGG!!! BANGUN LO ANAK SETAN! EMAK LO UDEH NGOMEL!”
“MASA ALLOH! JEM SETENGAH DELAPAN, TELAT SEKOLAH GUA!” seru Dodo panik sendiri saat melihat jarum jam waker, seolah seluruh nyawanya yang berpencar telah kembali ke dalam raga, dalam hitungan sepersekian detik handuk yang menggantungkan di pinggir kasur sudah hilang. Ternyata Dodo menggunakan ilmu teleportasinya menuju kamar mandi yang berjarak dua hasta.
Byur… Byur… Kecupak, kecupak. Itulah bunyi yang terdengar di balik kamar mandi Dodo. Jangan dibayangkan bagaimana proses Dodo mandi, karena kondisi kamar mandinya lebih mengerikan dari Nusa Kambangan.
Sepuluh menit berlalu, Dodo sudah duduk rapi di meja makan. Telur dadar, ikan sarden, sayur sawi putih, nasi, dan pterodactyl panggang telah bertengger manis di atas meja. Dengan sigap, sebelah tangan Dodo mengambil semuanya ke dalam piring porselen putih.
“Jangan lupa baca doa, Nak,” ujar ayah Dodo mengingatkan sambil membetulkan dasi, lalu melirik Dodo dan istrinya bergantian. Kerutan di dahi dan uban yang mendominasi kepalanya membuat ayah Dodo terlihat lelah. Dodo mengangguk.
Suasana ruang makan di rumah Dodo terlihat sepi. Hanya bunyi denting sendok, garpu, dan pedang yang berkolaborasi memindahkan makanan dari piring ke mulut. Kedua orang tua Dodo hanya memperhatikan anaknya itu yang mulai tumbuh besar. Tidak lama kemudian, Dodo menyelesaikan sarapannya dan langsung menghidupkan sepeda motornya, lalu berangkat ke sekolah.
Kalo lebih diteliti lagi nih ya, ada beberapa hal yang dilewati Dodo sebelum berangkat sekolah. Simpan dulu jawaban kamu. Ya, memang sebagai manusia, kita nggak mungkin menghindari sifat pelupa, termasuk lupain mantan yang masih disayang hingga detik ini. BUKAN, INI BUKAN CURHAT!
Well, sifat lupa itu nggak lantas membuat kamu melewatkan beberapa hal kecil yang seharusnya kamu lakukan ke orang tua kamu. Yaitu hal-hal di bawah ini…
Cium tangan sebelum pergi
Bagi Kanda selaku seorang anak, cium tangan sebelum pergi adalah sebuah ritual sederhana yang sakral untuk dilewati. Cium tangan itu berarti kita meminta izin dan doa baik dari orang tua supaya diberi kelancaran dan dijauhi malapetaka, bukan cuma minta uang jajannya aja. Dasar.
Emang butuh waktu berapa lama sih untuk cium tangan sebelum pergi itu? Nggak lebih dari satu menit cuma buat nyamperin nyokap dan bokap, lalu mencium tangannya sambil tersenyum dan berkata, “Pah, Ma, aku berangkat dulu ya.”
Kebangetan sih kalo nggak dilakuin, kecuali kalo kamu merantau dan tinggal jauh dari kedua orang tua. Kamu nggak pernah tau hari menyenangkan yang kamu jalani berasal dari doa dan permohonan mereka.
Bilang terima kasih untuk makanan yang dimasakin
Berbahagia dan bersyukurlah kamu kalo punya orang tua yang masakannya enak. Selain ngirit pengeluaran, kamu pun ngerasain cinta mereka dalam bentuk yang mengenyangkan perut. Nggak sadar kan? Iyalah, taunya cuma kenyang doang.
Kalo udah kenyang, terus apa? Langsung tidur? Main gadget? Atau Pergi? Duh, tau diri dong jadi anak. Pikirin deh, kamu makan di warteg aja ngucapin terima kasih sama si Mbak/Masnya yang ‘orang lain’, lha kok sama orang tua sendiri nggak ngucapin?
Kita bahas secara rinci. Mulai dari belanja (berangkat-nawar harga sampe ngeluarin urat-ngeluarin uang-pulang), masaknya (ngeluarin tenaga buat kedombrangan di dapur, nggak jarang kecipratan minyak panas atau jarinya gak sengaja gergaji mesin pas motongin cabe), dan menyajikan makanan seenak mungkin demi mengenyangkan perut kamu.
Jadi, mulai dari sekarang jangan pernah lupa mengucapkan terima kasih dan memuji makanan yang orang tua kamu masak dengan begitu antusias. “INI MAKANANNYA SUPER DUPER ENAK! KAYAK MAKAN MAKANAN SURGA!”
… Meskipun hanya mie rebus dan kamu belum pernah ke surga.
Minta maaf telah membuat mereka marah
Okay, begini, jangan karena merasa kamu adalah anaknya yang udah pasti disayang, itu bikin kamu berpikir bahwa membuat mereka marah adalah hal remeh yang sudah pasti dimaafkan tanpa perlu meminta maaf.
Kamu nggak pernah tau bagaimana sakit hati dan kekecewaan yang orang tua rasakan ketika kamu membuat mereka marah. Apakah kalimat sesederhana “Pah, Ma, maafin aku ya udah bikin marah.” Itu berat dan sulit diucapkan? Kenapa? Gengsi? Males? Nggak penting?
Ah, ya, kata ‘maaf’ memang mahal untuk diucapkan. Namun apakah itu juga berlaku terhadap orang tuamu sendiri yang hingga detik ini membiayai kehidupanmu? :)
Ngasih kabar duluan
Admit it, kamu sering lupa kan ngasih ke orang tua? Tapi giliran berkabar sama gebetan atau pacar mah getol banget, bahkan ngetiknya lebih cepet dari kecepatan cahaya supaya doi nggak bete kelamaan nunggu.
Tapi giliran sama orang tua, boro-boro deh ngasih kabar duluan. Mau ngetik pesan aja rasanya jempol kayak tiba-tiba dikutuk jadi batu ginjal, dan ngerasa sayang banget ngeluarin pulsa yang padahal nggak kurang dari 500 perak. Emang di mana letak berat dan salahnya ngasih kabar duluan untuk memberi tau mereka bahwa kamu baik-baik saja?
Taukah kamu orang tua di rumahmu cemas dengan keberadaanmu? Saking cemasnya, mereka hanya bisa berdoa dan akhirnya nelpon atau sms kamu duluan. “Kamu lagi di mana, Nak? Kok belum pulang,” “Kamu seharian ini ke mana? Mama khawatir.”
Itu pun cuma kamu baca doang.
Meluangkan waktu untuk mereka
Sehari dalam dua puluh empat jam dan tujuh hari dalam seminggu, seolah kesibukan kamu sekolah/kuliah, online medsos dan ngumpul sama teman-teman menyita semua waktu kamu untuk diri sendiri.
Coba flashback ke masa kecil kamu deh. Betapa orang tua kamu dulu mati-matian menghabiskan waktunya untukmu. Saat masih bayi, mama kamu rela begadang tiap harinya demi menjaga kamu dan papa kamu selalu berusaha pulang lebih cepat dari kantornya serta merelakan waktu istirahatnya demi bisa menemani kamu. Apakah ingat? Mama dan papa kamu hidup demi menghidupimu.
Sekarang kamu udah gede, udah sibuk dengan urusan sendiri. Tapi nggak ada salahnya kan inget untuk meluangkan waktu bersama mereka? Nemenin mama belanja atau masak, minjitin papa kamu sepulang kerja, dan jalan-jalan sama mereka saat weekend. Satu hari aja digunain buat quality time sama keluarga, itu pasti bikin orang tua kamu senang.
… Sebelum kamu nggak punya kesempatan dan menyesal nggak pernah ada untuk mereka, saat mereka masih ada.
Harta yang paling berharga adalah kedua orang tua, karena kalo nggak ada mereka, kamu nggak bakal ada.
Nah, udah inget kan sekarang? Tunggu apa lagi? Segera lakukan sesering mungkin selagi kamu ingat dan punya waktu, jangan dientar-entarin, nanti keburu lupa lagi. Kalo Sahabat DMY mau nambahin hal lainnya, tulis aja di kolom comments ya, biar kita saling ngingetin. ~ (MN/Falen Pratama)
0 comments:
Post a Comment